Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror mengendus adanya jaringan teroris baru di Poso, Sulawesi Tengah. Jaringan tersebut terpisah dari jaringan Santoso alias Abu Wardah dan Taufik Bulaga alias Upik Lawanga.
Kepala Divisi Humas Kepolisian RI, Inspektur Jenderal Suhardi Alius, belum mau menjelaskan lebih jauh soal itu. “Progres-nya belum kami terima,” kata Suhardi, Rabu, 2 Januari 2012.
Santoso dikenal sebagai pemimpin pelatihan teror di Poso. Dia diduga masuk dalam bagian kelompok Poso, Pesisir Utara. Santoso juga pernah tinggal di Tambarana, Kecamatan Poso, Pesisir Utara. Sejak buron, keberadaan Santoso misterius. Adapun istri dan anaknya masih tinggal di Tambarana.
Polisi menduga Santoso terlibat teror di Poso belakangan ini. Terakhir, insiden penembakan rombongan patroli personel Brimob saat melintas di Desa Tambarana pada 20 Desember lalu. Penembakan ini menewaskan empat orang polisi bernama Briptu Ruslan, Briptu Winarto, Briptu Wayan Putu Ariawan, dan Briptu Eko Wijaya. Dua orang terluka bernama Briptu Siswandi Yulianto dan Briptu Lungguh Anggara.
Sehari kemudian, Kepolisian menangkap lima orang yang diduga terkait dengan penembakan tersebut. Mereka adalah Riyadi alias Mas Riad, Sugiyanto Latif alias Papa Latif, Agus alias Solihin, Muhrin, dan Sony Hermawan alias Pakde.
Kelimanya diduga anak buah Santoso. Mereka disangka berperan membantu pelatihan teror di kawasan pegunungan di Desa Karola dan memasok logistik kepada peserta pelatihan. Mereka berlima sudah dibawa ke Jakarta.
Adapun Upik Lawanga merupakan buron Densus 88. Upik pernah tinggal di Poso Kota. Dia diduga terlibat dalam konflik horizontal berlatar belakang agama di Poso pada 2005 lalu. Upik dikenal ahli dalam merakit bom pipa dan menjadi murid ahli bom Dr. Azahari Husein, yang tewas di Batu, Jawa Timur.
0 komentar:
Posting Komentar