Intensitas hujan yang tinggi memaksa Jakarta harus berendam air selama beberapa hari. Berbagai macam komponen masyarakat pun sibuk bahu-membahu mendirikan posko bantuan. Di tengah-tengah keprihatinan dan kepedulian banjir ada berbagai macam statemen yang beredar di masyarakat tentang banjir ibukota. Salah satunya adalah ada yang milihat banjir di Jakarta merupakan azab tuhan lantaran ibukota sesak dengan kemaksiatan.
Sebagaimana dimuat Voa-Islam, Habib Muhammad Rizieq Syihab mengungkapkan bahwa banjir yang melanda Jakarta tak lepas dari maksiat yang dilakukan, terutama oleh Gubernur DKI Jakarta yaitu Jokowi. Senada dengan hal itu Ketua Forum Umat Islam (FUI) Bernard Abdul Jabbar menyatakan patung telanjang di istana kepresidenan sebagai sumber laknatullah banjir Jakarta seperti yang tertulis di al-khilafah.org.
Di dunia maya pernyataan tersebut menuai banyak tanggapan. Banyak kalangan menilai bahwa pernyataan ormas-ormas Islam radikal terkait banjir di Jakarta sangat konyol, irasional dan hanya semacam politisasi bencana.
Secara implisit Ketua Pengurus Cabang NU Amerika –Kanada, Akhmad Sahal, memahami statemen ormas Islam radikal yang membawa-bawa muatan teologis pada bencana banjir sebagai statemen yang ironis atau bahkan konyol. Sebagaimana tertulis di akun Facebooknya;
“Masjidil Haram pernah kebanjiran pada 1941. Ka’bah terendam. Padahal sebelumnya tidak ada pesta tahun baru. Tidak ada patung perempuan telanjang di situ. Dan gubernurnya pun bukan Jokowi-Ahok”.
0 komentar:
Posting Komentar