Terorisme adalah musuh kemanusiaan yang harus senantiasa diperangi oleh siapa pun dan sampai kapan pun. Disebut musuh kemanusiaan, karena terorisme mengancam seluruh umat manusia, apa pun agama, keyakinan, ras, budaya ataupun warna kulitnya. Faktanya terorisme telah seringkali membuat seseorang menjadi cacat, meningal dunia, kehilangan anggota tubuh, kehilangan bapak, kehilangan ibu, kehilangan suami, kehilangan isteri, kehilangan anak, kehilangan sahabat, dan orang-orang terdekat lainnya.
Karena merupakan musuh kemanusiaan, sejatinya umat manusia memusuhi terorisme. Bahkan bila perlu membunuhnya! Karena bila bukan terorime yang dibunuh, justru kemanusiaan yang akan dibunuh olehnya.
Membunuh terorisme berbeda dengan membunuh teroris. Membunuh teroris mungkin hanya cukup dengan peluru seperti yang kerap dilakukan oleh aparat keamanan. Tapi senjata paling canggih sekalipun hampir dipastikan tidak akan mampu membunuh terorisme.
Hal itu tak lain karena terorisme merupakan sebuah keyakinan dan ideologi yang hidup di dalam pikiran atau bahkan alam bawah sadar yang jauh di sana. Semua ini menunjukkan bahwa faktor terorisme yang utama adalah ideologi atau keyakinan. Sedangkan faktor-faktor lain seperti kemiskinan, ketidakadilan global, ketidakadilan negara, dan yang lainnya tak lebih dari sekadar “faktor penyempurna” bagi kinerja keras ideologi yang ada.
Oleh karena terorisme yang pertama dan terutama adalah keyakinan atau ideologi, dia hanya akan bisa dibunuh oleh ideologi atau keyakinan yang berlawanan. Bila terorisme membolehkan aksi kekerasan, pembunuhnya tak lain adalah ideologi perdamaian. Bila terorisme membolehkan menyerang aparat negara, pembunuhnya adalah ideoloi ketaatan (at-tha’ah) terhadap negara. Bila terorisme membolehkan menyerang aset-aset asing atas nama ketidakadilan global, pembunuhnya adalah ideologi kemanusiaan universal. Dan begitu seterusnya.
Indonesia masih jauh dari berhasil untuk membunuh ideologi terorisme. Faktanya pelbagai macam aksi teror masih terus berlangsung hingga hari ini. Penyergapan dan kontak senjata antara para teroris dengan aparat keamanan di Solo mutakhir merupakan contoh terbaru dari ancaman terorisme yang bersifat laten dalam kehidupan masyarakat.
Aparat keamanan harus merangkul semua pihak untuk terus melawan ancaman terorisme, khususnya kaum agamawan. Hingga ideologi terorisme yang tumbuh subur di dalam pikiran para teroris bisa diatasi dan dibunuh dengan menggunakan kekuatan ideologi juga. Atau setidak-tidaknya agar ideologi terorisme tidak menyebar dari satu pikiran ke pikiran yang lain.
Tetap waspada!
0 komentar:
Posting Komentar