Kebhinekaan bangsa ini tetap harus dijaga. Karena setiap saat sikap intoleran yang berujung pada kekerasan terus saja membayangi. Apabila dipandang sebagai negatif, tentu bisa dikatakan biang keladinya adalah perbedaan. Namun tidak jika perbedaan dipandang sebagai fitrah dan sunatullah.
Sejatinya sikap ekstrem dalam beragama dan pemaksaan kebenaran yang makin sering muncul saat kini terjadi lantaran salah dalam memahami perbedaan. Kalangan intoleran melupakan bahwa negara dan bangsa Indonesia lahir dari 17.000 pulau, banyak keyakinan dan cara pandang. Ini adalah fakta yang tak mungkin dielak atau bisa disebut dengan fitrah dan sunatullah. Pernyataan tersebut terlontar dari Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor, Nusron Wahid.
Dan rasa-rasanya tidak ada sistem politik yang dapat menampung perbedaan sedemikian rupa selain demokrasi. Maka menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dengan prinsip menghargai hak manusia untuk berpendapat dan beribadah merupakan keharusan. Pada sisi ini demokrasi sejalan dengan semangat kebhinekaan bangsa. “Ketidaksetujuan dan perselisihan mesti diselesaikan dengan dialog dan semangat kebersamaan,” demikian tutur Nusron.
Kekerasan yang mengatasnamakan agama sejatinya tidak memiliki pendasaran yang kuat dalam Islam. Jalan damai selalu diajarkan Islam. Apalagi Islam juga tidak pernah mengajarkan untuk memaksakan kehendak pada orang lain. Maka menutup ruang dialog dan diskusi merupakan bencana besar, sama saja menutup pendapat setiap orang untuk saling berbagi. Dialog adalah cara yang diajarkan Islam dalam berdakwah. [
0 komentar:
Posting Komentar