Maarif Institute for Culture and Humanity, LSM yang dibina oleh Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Syafii Ma’arif, menginisiasi program generasi TOLAK atau kependekan dari Toleran dan Anti-Kekerasan.
Direktur Eksekutif Maarif Institute, Fajar Riza Ul Haq, menjelaskan, untuk mewujudkan program tersebut pihaknya menggunakan media film untuk menyebarkan pesan-pesan antikekerasan. “Kami menjangkau penonton kalangan pelajar dan mahasiswa, karena mereka lah yang paling rentan menjadi sasaran kelompok-kelompok radikal,” jelasnya seperti dilansir laman Tribunnews Jogja.
Program TOLAK diimplementasikan dengan cara road show pemutaran film “Mata Tertutup” di 10 kota besar di Pulau Jawa. Hari ini Selasa (O5/02/2013), pemutaran dan diskusi film tersebut digelar di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga.
Sementara Manajer Program Islam dan Media Maarif Institute, Khelmy K Pribadi, berharap, program TOLAK ini bisa menggugah semakin banyak anak muda untuk selalu kritis dan waspada terhadap penetrasi pemahaman kelompok-kelompok radikal.
Selain itu, mereka juga diharapkan bisa mengampanyekan semangat antikekerasan di lingkungannya masing-masing.
“Kami juga berharap, pemuda bisa secara kreatif merespon setiap perkembangan terbaru secara arif dan tidak terjebak kepada pandangan picik fundamentalisme dan atau bahkan terjerumus ke lembah radikalisme agama yang fatalistik,” tandasnya.
“Mata Tertutup” diproduksi oleh Maarif Institute bekerjasama dengan SET Workshop dan disutradarai oleh Garin Nugroho. Film ini berkisah tentang wajah kehidupan keberagamaan dan kebangsaan Indonesia yang sedang dirongrong oleh tafsir-tafsir keagamaan yang hitam- putih dan menghalalkan kekerasan dalam mencapai tujuannya. Film ini pertama kali diluncurkan di Jakarta pada 27 Oktober 2011.
Salah satu penggalan film ini mengisahkan sosok Rima, seorang aktivis mahasiswi labil yang sedang dalam pencarian identitasnya. Ia gemar membaca karya-karya novelis Nawal El Sadawi yang bernuansa feminis dan tulisan-tulisan Goenawan Muhammad yang inspiratif. Namun kegamangannya atas kondisi bangsa, justru membuatnya terjebak pada jaringan Negara Islam Indonesia (NII) Komandemen Wilayah IX.
Rima bertugas merekrut sebanyak mungkin anggota dan menggalang dana sebesar mungkin dengan cara apa pun. Namun di akhir kisah, Rima menyadari bahwa NII KW IX telah membuat hidupnya berantakan.
0 komentar:
Posting Komentar