Fenomena radikalisme Islam yang belakangan ini kerap mempopulerkan aksi-aksinya kerap diasosiasikan dengan Wahabisme. Wahabisme yang didirikan oleh Muhammad ibn Abdul Wahab ibn Sulaiman al-Najdi pada abad ke-18. Banyak kalangan menilai salah satu sekte dalam Islam ini berpaham keras dan tidak menolerir segala sesuatu di luar al Qur’an dan as Sunnah.
Terkait dengan kehadiran Wahabisme di Indonesia yang perkembangannya cukup massif, Rais Aam Syuriah Nahdlatul Ulama Kiai Haji Mohammad Ahmad Sahal Mahfudh mengatakan bahwa paham keIslaman yang berpusat di Arab Saudi ini tidak cocok untuk Indonesia
“Wahabi itu tidak cocok dengan Indonesia, karena Wahabi hanya mengenal Al-Quran dan sunah. Yang tidak ada dalam Al-Quran dan sunah dianggap sesat” ungkap Kyai Sahal
Pandangan Kyai Sahal didasarkan pada fakta bahwa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, budaya dan agama. Faktor pluralitas inilah yang akan menyulitkan muslim Indonsia dalam berbagai hal jika berpaham keIslaman Wahabi.
“Kalau ini diterapkan di Indonesia, tidak cocok. Kita majemuk, kaya budaya dan tradisi. Sepanjang tidak bertentangan, meski tidak disebut di dalam Al-Quran atau sunah, tidak apa-apa” tambah Kyai Sahal.
0 komentar:
Posting Komentar