Damai Itu Indah..........Damai Itu Indah..........Damai Itu Indah..........Damai Itu Indah..........

Resolusi Jihad, Penyemangat Membela Tanah Air

Minggu, 11 November 2012


Meskipun kemerdekaan Indonesia telah diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, namun penjajah tetap saja merongrong kemerdekaan itu. Misalnya pada 26 Oktober 1945, tentara Inggris dan pasukan sewaannya kembali merongrong kedaulatan Indonesia di Surabaya.

Hal tersebut membuat para pejuang kemerdekaan dan masyarakat Indonesia kembali menggelorakan semangat perlawanan untuk melawan tentara penjajah tersebut. Akhirnya letusan perang terjadi karena upaya pasukan Inggris yang hendak mengambil kekuasaan nusantara setelah pendudukan Jepang runtuh.

Peristiwa di akhir Oktober hingga paruh awal November 1945, merupakan babak penting dalam sejarah pergolakan revolusi kemerdekaan Indonesia. Bentrokan yang melibatkan massa dalam jumlah besar terjadi di Surabaya pada 27, 28, 29 Oktober 1945. Bentrokan ini melibatkan pasukan Hizbullah, Sabilillah, dan pasukan lain melawan pasukan Inggris.

Bentrokan massa bersenjata akhirnya memuncak pada 10 November 1945. Sedikitnya 2000 pasukan terlatih Inggris tewas berikut Brigjend AWS. Mallaby, Komandan Pasukan Inggris. Banyaknya korban di pihak Inggris sebagai pasukan terlatih, membuat Inggris kehilangan muka di kalangan militer internasional. Hari dimana pertempuran sengit tersebut terjadi kemudian ditetapkan sebagai Hari Pahlawan Nasional RI, 10 November 1945. Tidak sedikit sejarawan yang mengatakan geliat perlawanan terhadap penjajah pada saat itu terinspirasi dan termotivasi dari Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh Nahdlatul Ulama (NU).

Resolusi Jihad fi Sabilillah, sebuah putusan berisi sikap NU dalam mempertahankan NKRI yang baru dua bulan diproklamasikan dari penjajahan bangsa asing. Putusan Resolusi Jihad dirancang oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah 21 Oktober dan dibacakan oleh KH. Hasyim Asyari, Rois Akbar NU pada 22 Oktober 1945, hampir tiga minggu sebelum peristiwa Surabaya.

Menurut Mantan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Bondan Gunawan mengatakan, peran NU pada aksi perlawanan di Surabaya pada November 1945 sangat besar.

Resolusi Jihad yang dikeluarkan KH Hasyim Asy’ari saat itu dan disebarkan kepada para pejuang di Surabaya adalah penyemangat terbesar perlawanan. Hal tersebut diungkapkan Bondan di acara Talk Show menyambut Hari Pahlawan yang digelar GP Ansor di Surabaya, Kamis, 8/11/2012.

Menurut Bondan, Islam bertindak tegas dan keras dalam konteks melawan penindasan. “Islam itu keras dalam melawan penindasan. Tapi bukan keras membunuhi orang lain,” kata dia, seperti dikutip NU Online, 9/11/2012.

Peran NU lainnya terhadap pembangunan Indonesia, lanjut Bondan, yaitu saat awal-awal pembentukan negara. Ketika negara baru dibentuk, timbul perdebatan soal penetapan syariat Islam yang mulanya dimasukkan dalam butir Pancasila.

“KH Wahid Hasyim saat itu yang menyetujui agar tujuh kosa kata itu dihapus. Ini membuktikan betapa visionernya ulama NU dalam memandang bangsa yang dibentuk dari beda-beda suku dan darah ini,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Riadi Ngasiran. Menurut dia, berkat  lahirnya Resolusi Jihad yang dirumuskan NU, rakyat di seluruh lapisan, dan tentara memperoleh dukungan moral yang luar biasa melawan para penjajah.

“Bung Tomo selaku ketua Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI), ketika memobilisasi kekuatan rakyat, beliau meminta dukungan spiritual dari Hadlratussyeikh Hasyim Asyari yang saat itu sebagai Rais Akbar Nahdlatul Ulama,” tegasnya

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2010-2011 TANAH KHATULISTIWA All Rights Reserved.
Template Design by Purjianto | Published by script blogger | Powered by Blogger.com.