Damai Itu Indah..........Damai Itu Indah..........Damai Itu Indah..........Damai Itu Indah..........

Jihad Fi Sabilillah Memertahankan Kemerdekaan

Minggu, 11 November 2012

Naskah resolusi jihad yang ditelurkan Nahdlatul Ulama

Para pendiri bangsa gelisah. Kemerdekaan yang baru dinikmati seumur jagung terancam. Pasukan sekutu yang diboncengi NICA datang ke bumi pertiwi dan berniat kembali mengkolonisasi Republik Indonesia yang sudah diproklamasikan kemerdekaannya pada Agustus 1945.

Pada Oktober 1945, pasukan sekutu mendarat di Surabaya dengan kapal Inggris Cumberland. “Bagaimana mungkin negara yang baru saja memproklamasikan kemerdekaannya, belum memiliki kelengkapan negara termasuk tentara nasional, tiba-tiba harus menghadapi perang?” ujar penulis buku “Resolusi Jihad NU” Gugun El Guyanie saat acara bedah buku yang digelar Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur di Surabaya beberapa waktu lalu.

Tentara Nasional yang baru ditetapkan dalam sidang PPKI ketiga pada 22 Agustus 1945 dalam bentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dari pertimbangan itu, tindakan yang paling logis adalah membangkitkan perjuangan rakyat sipil yang sedang meluap semangatnya untuk mempertahankan Republik ini.

“Maka Presiden RI Soekarno mengirim utusan untuk meminta fatwa kepada Rais Akbar Nahdatul Ulama (NU) dan sekaligus pengasuh Ponpes Tebu Ireng Jombang K.H. Hasyim Asyari. Melalui utusannya, Soekarno bertanya kepada K.H. Hasyim Asyari, apakah hukumanya membela tanah air, bukan membela Allah, membela Islam atau membela Alquran?” ungkap Gugun berkisah.

Untuk menjawab pertanyaan Soekarno itu, Hasyim Asyari memerintah K.H. Wahab Hasbullah untuk menggelar rapat Konsul NU se-Jawa dan Madura di Surabaya pada 23 Oktober 1945.

“Hasyim Asyari dalam pertemuan itu mendeklarasikan `Jihad Fisabilillah` yang dikenal dengan `Resolusi Jihad`,” kata Gugun.

Resolusi Jihad itu menegaskan, kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 wajib dipertahankan dan umat Islam terutama warga NU wajib mengangkat senjata melawan Belanda dan kawan-kawannya yang hendak kembali menjajah Indonesia. Perjuangan tersebut adalah “jihad fi sabilillah” yang menjadi kewajiban bagi umat Muslim.

“Seruan tersebut akhirnya membangkitkan semangat para santri dan rakyat Jawa Timur yang berpuncak pada pertempuran 10 November 1945 yang menjadikan Surabaya banjir darah para pahlawan,” katanya.

Sedikitnya 6.000-16.000 pejuang di Surabaya gugur dalam pertempuran mempertahankan kemerdekaan yang dimulai sejaka 10 November 1945 hingga beberapa minggu kemudian. Oleh pemerintah, pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan nasional.

Melalui Resolusi Jihad ini, lanjut Gugun, NU bersama-sama seluruh elemen rakyat bercita-cita membangun negeri menjadi negara merdeka yang demokratis-konstitusional.

Itulah implementasi jihad fi sibilillah yang sesungguhnya, bukan dengan aksi-aksi terorisme mutakhir yang mencederai nilai-nilai kemanusiaan dan justru mengancam persatuan NKRI. 

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2010-2011 TANAH KHATULISTIWA All Rights Reserved.
Template Design by Purjianto | Published by script blogger | Powered by Blogger.com.